Wednesday, July 4, 2007

Seputar Cerita Pendek






oleh: Asma Nadia

Definisi
Umumnya cerita pendek adalah fiksi pendek yang selesai dibaca dalam waktu singkat dan tidak menguras waktu pembacanya.
Cerita artinya karya tulis tersebut disajikan dalam bentuk cerita: memiliki alur, ada penokohan, ada kisah. Pendeknya cerita itu dibatasi, baik dari banyaknya halaman, keterbatasan penceritaan dan sebagainya, intinya singkat, tidak panjang, padadt dan terbatas.
Satu hal yang penting diingat, cerita pendek hanya mempunyai satu arti, satu krisis, dan efek bagi pembacanya. Dengan menulis cerpen, pengarang ingin mengemukakan satu masalah saja secara tajam.

Kriteria Cerpen yang Baik
Menentukan kriteria cerpen yang baik, tidak muda, sebab cerpen yang baik dari tiap pengarang berbeda-beda kualitasnya. Cerpen-cerpen Hemingway yang baik, berbeda mutunya dengan cerpen-cerpen O Henry yang baik. Karya-karya terbaik Putu Wijaya tentu berbeda dengan karya-karya terbaikDanarto.
Walaupun demikian, secara garis besar kita bisa mengatakan bahwa cerpen yang baik adalah cerpen yang utuh, integral merupakan satu bentuk kesatuan yang manunggal. Setiap unsurnya sudah melalui seleksi, sehingga tidak ada bagian-bagian yang tak perlu, atau yang diumbar lebih dari keperluan.
Seluruh isinya pas, tajam, dan mengandung arti. Sedangkan ketajamannya bisa terdapat pada berbagai unsurnya, seperti pada plot, suasana cerita, setting tempat atau waktu terjadinya cerita.
Selain itu seorang cerpenis yang baik juga mampu memberi sesuatu bagi pembacanya: pengetahuan, pengalaman, kegembiraan, pandangan, dan lain-lain dalam cerpen-cerpennya.

Lima Hukum Menulis Cerpen
Edgar Allan Poe, sastrawan Amerika yang dianggap sebagai bapak cerpen modern menwariskan lima Hukum Menulis Cerpen yang sampai sekarang masih relevan:

1. Cerpen harus pendek.
Cerpen pendek bisa selesai dibaca dalam waktu singkat dengan tetap memberikan kesan yang mendalam. Biasanya pengarang cerpen ulung berusaha menghindari uraian berkepanjangan tentang tokoh cerita atau pemandangan alam.

2. Cerpen membuat efek yang tunggal dan unik.
Cerpen yang baik hanya punya satu pikiran utama dan action yang bisa dikembangkan melalui sebuah garis dari awal hingga akhir. Tidak seperti novel ynag memungkinkan memiliki garis-garis sampingan atau cerita penyeling, cerpen tidak memiliki hak untuk melantur ke berbagai soalan lain.

3. Cerpen harus ketat dan padat.
Seorang cerpenis harus berusaha memadatkan setiap detil pada ruang tulisannya. Tiada ruang untuk memaparkan serbaneka kejadian atau serba detil karakter seperti pada novel. Ini semata-mata agar pembaca mendapat kesan tunggal dari keseluruhan cerita. Kehematan berbahasa harus sangat diperhatikan dalam cerpen.

4. Cerpen harus tampak sungguhan.
Sekalipun karya fiksi, cerpen harus diupayakan terkesan nyata. Sebab hal itu adalah prinsip seni penceritaan sebuah cerita termasuk pula cerpen. Pilihan bagi pengarang adalah menulis cerita yang logis dan tidak mustahil, atau bagaimana membuat cerita yang sekalipun tinggi nilai fiksi atau imajinasinya, tetap logis bagi pembacanya.

5. Cerpen harus memberi kesan yang tuntas.
Selesai membaca cerpen, pembaca harus merasa bahwa cerpen itu benar-benar selesai.

Lima hukum menulis cerpen dari Edgar Allan Poe ini merupakan hal dasar yang harus diperhatikan bagi para cerpenis. Meskipun banyak cerpenis terkenal yang 'melanggar' aturan main ini. Edgar Allan Poe sang perumus aturan ini sendiri, tidak jarang memberikan ending misterius yang terkesan tidak tuntas bagi pembacanya. Pengarang lain, Ernest Hemingway kerap berpanjang-panjang dalam mendeskripsikan pemandangan alam, ataupun karakter tokoh-tokohnya.
Cerpen adalah karya kreatif. Adapun definisnya, bagaimanapun hukum-hukum penulisannya, pada akhirnya berpulang pada kreativitas pengarangnya untuk menciptakan ruang-ruang baru, untuk hasil yang lebih baik bagi pembacanya.

Tulisan diatas disampaikan Asma Nadia pada acara PULPEN.

No comments: