Monday, July 16, 2007

Menulis Menembus Batas

Oleh: Asma Nadia

Penerbitan Fiksi Islami yang dirintis sejak akhir tahun 90-an, menunjukkan animo yang semakin baik. Terbukti, sampai sekarang, jumlah penulis fiksi islami bertambah terus (3 sampai dengan 10 orang penulis/tahun). Rata-rata penerbit bisa melempar 3 sampai dengan 5 judul/bulan. Rata-rata judul menembus tiras 7000 eksemplar. Bahkan yang best seller bisa menembus angka diatas lima puluh ribu.
Maraknya fiksi islami ini juga bisa dilihat dari jumlah penerbit buku fiksi islami yang semakin menjamur, jika sebelumnya hanya dua atau tiga penerbit, sekarang jumlah lebih dari 20 penerbit. Tidak termasuk penerbit umum (Gramedia, Indonesia Tera, dan lain sebagainya), yang sekarang ikut menerbitkan buku fiksi dengan muatan 'pencerahan' tersebut. (Secara umum buku dikatakan best seller di Indonesia, cukup jika telah menembus batas 5000 eksemplar).
Dari segi prestasi, buku fiksi islami nyaris selalu mendapat tempat sebagai pemenang dalam ajang Adhi Karya Ikapi yang tiap tahun diadakan, baik untuk penulis, perwajahan, dan lain-lain. Buku remaja terbaik nasional tahun 2001 Rembulan di Mata Ibu, sedangkan Dialog Dua Layar, menjadi satu dari 3 buku remaja terbaik Adhi Karya Ikapi tahun 2002, keduanya diterbitkan penerbit Islam. Selain itu, meski belum terbilang banyak, sudah mulai ada ketertarikan dari pihak stasiun televisi, dan PH untuk mengangkat fiksi islami ini ke layar kaca. Karya-karya dari Gola Gong, Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, Inayati dll, misalnya.
Kemeriahan itu selain merupakan prestasi, tentunya juga memancing berbagai komentar yang tidak semuanya positif. Ditengarai ada cukup banyak penulis muncul belakangan, dinilai hanya ikut-ikutan dan menjadi epigon para pelopor fiksi islami, tidak memiliki karakter sendiri, dan tidak menciptakan trend baru. Kritikan lain menyebutkan kejenuhan karena tema yang diangkat tidak variatif atau itu-itu saja.
Tentu saja tidak semuanya benar. Namun realitasnya memang kebanyakan penulis hanya terfokus pada apa yang hendak mereka tulis, dan bagaimana menuliskannya, berapa halaman yang diperlukan untuk mencukupi sebuah buku, dsb. Padahal proses sebelum membuat tulisan/buku jauh lebih awal dari itu.
Beberapa poin berikut barangkali bisa menjadi langkah bagi penulis fiksi islami, untuk meraih tempat yang lebih strategis dan meninggalkan jejak yang kuat pada zamannya. Sehingga tidak menjadi mereka yang "sekali berkarya, sudah itu mati".

1. Positioning:
- Membidik segmentasi
- Mencari ruang (menciptakan, tren, apa yang belum ditulis, ex. Gola Gong dengan Balada Si Roy)
- Memulai dengan dunia yang dikuasai.
- Berani membuat pilihan / spesialisasi.

2. Berpikir kualitas:
- Orisinalitas
- Membaca / MEmbuat perbandingan
- Eksplorasi (langsung atau imaginasi).
- Diskusi
- Komunitas yang bukan saling memuji, tapi saling mengkritisi untuk membangun.

3. Berpikir medan.
- Mempelajari kebutuhan/minat pasar.
- Mempelajari penerbit yang dituju, divisi, visi, karakter, kemampuan penetrasi pasar, perwajahan, editing dll.
- Menjalin relasi (jika mungkin mengantar langsung karyanya dan tidak pernah mengirim via pos).

Akhir kata, mari sama-sama menulis, berjihad dengan pena, dan menembus batas. Selamat menulis strategis!

No comments: